Chelmer, dalam kenangan

Angin tak hanya sepoi-sepoi, saat aku duduk sendiri di taman sunyi, di tepian sungai yang airnya sempat membanjiri, desaku yang sampai sekarang masih seperti mati.
Sepanjang jalan tadi, sempat kuamati, rumput-rumput yang ujungnya menguning, tanah liat yang mulai mengering, dan rumah-rumah yang tertutup pita kuning.

Setahun lebih tinggal di sini, menjadi penghuni salah satu rumah yang sampai sekarang pintunya masih terkunci.
Berbagai bayangan melintas sekilas. Pada lembar-lembar memory yang seperti enggan kembali.  Tentang anak-anak yang berlari dari sekolah, tentang kaki yang melangkah menyusuri kotak pos rumah-rumah, tentang bayang yang terbentang di malam-malam panjang,  tentang pagi yang selalu kulewatkan di beranda ini, dan tentang air bah yang menghanyutkan mimpi-mimpi.

'Ini bukan perpisahan', begitu kan? Karena kita memang tak pernah mendiami.
Hanya persinggahan sejenak, saat kaki lelah untuk melangkah.
Seperti saat semua hal tinggal kenangan. Seperti juga hari ini, yang kan jadi kenangan esok hari.
Sampai ketika saat itu tiba, kenangan yang akan menjemput kita.

Comments

Popular Posts