Catatan Musim Dingin

Musim dingin baru memulai tegukan pertama ketika duduk di salah satu sudut kota dengan segelas kopi yang masih mengepul dari gelasnya. Beberapa etalase, masih menyisakan dagangan musim panas yang berlabel “clearance”. Bahkan kulit-kulit terpanggang juga masih menggurat pada wajah sebagian penghuni kota, pertanda belum berapa lama yang lalu matahari masih setia memberikan warna.

Musim dingin baru saja memulai mendaratkan kaki. Tapi kebekuan sudah meresapi tatap mata pertemuannya dengan bumi.

Tak terhitung berapa lembar scraf meliliti leher-leher. Belum lagi coat dan jumper yang modelnya sedang ngetrend. Tak ketinggalan boot hitam, alas kaki wajib catwalk di jalanan. Pemandangan khas winter di perkotaan.


Sejenak pandangan terpaku pada sosok di seberang. Sebatang rokok tersulut dari bibir merahnya. Gadis muda yang kira2 masih belasan usianya. Usia tanggung masa remaja. Kalau di Indo, gadis seusia ini pasti masih jadi pingitan orang tua. Tapi Australia punya system pengasuhan yang sangat berbeda. 18 tahun, dan tentukan jalan hidupmu! Fiuh… Jadi teringat 18 tahun usia saya dulu. Masih lugu jadi mahasiswa tingkat satu. Rambut sebahu, tak kenal gincu. Maaf.. soalnya masih minta uang saku..:P

Dan sekarang, duduk di sudut kota, ribuan kilometre jauhnya dari rumah orang tua. Memandang dunia yang tak lagi hitam putih warnanya. Apakah perubahan musim bisa mempengaruhi pola pikir seseorang? Ataukah jarak dan waktu bisa meleburnya dan menyusunnya dalam dimensi baru?

Tiga tahun musim semi
Tiga tahun musim panas
Tiga tahun musim gugur
Tiga tahun musim dingin
Dan tiga tahun percepatan
Bukan wonderwoman, tapi ini manusia baru…


#Just feeling different

Comments

Popular Posts