2 Tahun 9 Bulan, Ayunan Langkah

Tepatnya 2 tahun 9 bulan, ayunan langkah mewarnai jalanan perkotaan dan pelosok sebuah kota yang keindahannya tak kan habis diurai dalam kata-kata, Brisbane.

Tak terhitung, berapa banyak langkah kaki dijejakkan. Tak terlukis, berapa banyak kuas disapukan. Berpacu dengan waktu, tepat di jantung kotamu. Terimakasih, kau membuatku lebih terbuka untuk menimba ilmu.

Ada banyak pelajaran di sini, yang ditulis dalam berbagai fraksi. Bagai memasuki pintu perguruan tinggi, dan segala hal yang kita temui adalah guru sekaligus penguji.

Masih ingat betul di ingatan, awal kedatangan 3 tahun silam, akhir Desember 2008.
Adukan antara ketakutan dan ketegaran.
Itu pertama kali, saat menginjakkan kaki.

(Brisbane Airport. 27 Desember 2008.)


Tiga bulan pertama. Tak pernah membayangkan sebelumnya bakal langsung jadi pengembara. Hidup nomaden bersama dua anak balita. Bravo!!! Untuk rumah-rumah yang sempat jadi persinggahan sementara!!!

Memang, baru terasa indah betul sebuah ‘rumah’, jika sebelumnya sempat jadi tuna wisma, hehehe…

Di ujung kota sebelah utara, Alderley, setarikan nafas dihembuskan kencang, dan segenggam penat dihempaskan ke jalan. Maaf ananda, atas segala yang tertunda.

(Alderley, 1 maret 2009-30 Agustus 2009)


Kecil saja.Tak sebesar rumah sebelumnya. Pun tak seindah rumah lainnya. Tapi ini rumah paling nyaman yang sejauh ini sudah kami tinggali. Kampung Melayu, biasa kami menyebutnya. Jika setiap saat masih bisa mendengar percakapan berbahasa Indonesia di luar jendela, memang benar-benar berasa di nusantara.

Kampung Melayu. Di sini tak hanya kutemukan sahabat-sahabat sejati. Yang bersamanya hari terasa tak pernah mati. Mulai dari ngaji sederhana, acara masak bersama, rekreasi keluarga, sampai virus narsispun tak ketinggalan dibagi rata. Aduuhh...foto melulu deh pokoknya. Hehehehe...

Tak cukup kata bisa mewakili, apa arti sahabat bagi diri. Dan memang tak ada hal lain yang bisa kau temui selain kasih sayang sejati.

*Pada sahabat, pecahan hati yang berserak..
(14/23 Warren St, St Lucia. Sept-Des 2009)


Sereguk nafas pada malam Oktober 2009.
Di sudut kamar, di bawah lampu yang temaram
menjenguk isi dadaku yang dalamnya tak bertepian
setitik cahaya menyala, terang
bahkan lebih terang dari matahari musim semi yang menyemai bunga-bunga.

Ada sepotong keinginan yang tersimpan
ada segumpal kerinduan yang mengkristal
ada setitik penyesalan yang mendalam
ada secercah harapan di ujung jalan
bergejolak, dan saling berbenturan

Dan ketika sampai pada suatu titik waktu
menemukanMu di antara kepingan2 hatiku
demi masa lalu yang tidak disesalkan
demi masa depan yang luas membentang
demi cintaMu yang tak bisa dibandingkan
pertamakalinya, aku selendangkan hijab.

*Sudut kamar. Malam Oktober 2009

Comments

Popular Posts