Partikel Vs Gelombang


Abad ke 19, ketika De Broglie pertama kali mencetuskan ide dalam desertasinya tentang dualisme sifat cahaya sebagai partikel maupun gelombang. Pada saat itu sang pembimbing nyaris menganggap de Broglie gila. Bagaimana mungkin dua sifat yang bertentangan bisa bersatu dalam sebuah wujud yang bernama: “Cahaya”? 

Ibarat orang yang memiliki dua sifat yang bertentangan. Dalam dunia psikologis bisa dianggap berkepribadian ganda, atau bahkan psikopat. Hal yang berkonotasi negative dalam penilaian sifat manusia.

De Broglie, yang merasa yakin bahwa ide Newton dan Einstein yang mengusung sifat partikel cahaya, dan ide Huygen dan Thomas Young yang mengusung sifat gelombang pada cahaya, itu benar, mengirimkan desertasinya pada Einstein.
Alhasil, Einstein yang pada saat itu dianggap sebagai “Ketua Dewan Ilmu” , membaca hasil desertasi De Broglie. Hanya dalam waktu satu bulan, membalas dengan satu kalimat: This is not desertasi, this is Nobel Prize!!!

Kurang lebih lima tahun berikutnya, De Broglie dianugerahi Nobel Prize, sebagai penghargaan tertinggi atas hasil karyanya.

Sebagai gambaran, gelombang adalah suatu hal yang meyatakan sifat kontinu atau terus menerus. Sedangkan partikel, adalah kondisi ketika sesuatu hal dinyatakan secara kuantitas, bagian per bagian.
Sangat kontradiktif, bukan?

Namun begitulah, saat dikaji lebih dalam, secara alamiah, Partikel adalah Gelombang, dan Gelombang adalah Partikel itu sendiri.
Lagi-lagi saya tertarik untuk membawanya dalam bentuk introspeksi diri. Jika cahaya saja mampu diterima sebagai bentuk gelombang maupun partikel, lantas, bagaimana dengan hal lain?

Bisa saja tak ada bulat tanpa kotak, dan tak ada kotak tanpa bulat. Tidak akan pernah ada terang jika tidak ada kegelapan, dan tak ada gelap tanpa terang. Karena gelap, sesungguhnya hanya karena kita "tak mampu melihat". Seperti tertuang dalam firman Allah SWT. 

وَمَا يَسْتَوِى الْاَعْمٰى وَالْبَصِيْرُ ۙ 
"Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat,"
(QS. Fatir 35: Ayat 19)
Allah SWT berfirman:

وَلَا الظُّلُمٰتُ وَلَا النُّوْرُ ۙ 
"dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya,"

(QS. Fatir 35: Ayat 20)
Begitupun tak ada kesenangan tanpa kesedihan, dan tak ada kesedihan tanpa kebahagiaan.
Tidak akan ada kemudahan jika tidak ada kesulitan, dan tidak ada kesulitan tanpa kemudahan.
Seperti tertulis di dalam Al-Qur'an, "Bersama kesulitan itu ada kemudahan"

Intinya, seringkali kita mengeluh jika ditimpa suatu hal yang tidak kita suka. Dan bersuka ria berlebihan terhadap sesuatu yang kita puja. Sungguh, tidak diturunkan kesulitan melainkan kemudahan menyertainya!
Jadi, jangan sedih berlebihan, jangan senang berlebihan. 

They are the same things, guys...  ^_*

Comments

Popular Posts