Kembali...
Dan siangpun terlelap
kembali pada sepi
pada gema yang pudar digubah puisi
pada purnama yang tegak sendiri
Dan malampun menggelap
menunai tugas menyaput mimpi
untukmu yang berharap esok segera berganti
untukku yang tak bisa berpaling dari elegi
Dan kembali pada engkau
yang masih memaku di situ
yang masih membisu di situ
seperti tugu pertigaan tempat biasa kau menunggu
membiarkan lalu lalang bagai desau angin menggugurkan flamboyan
Tak perlu bersedih, apalagi menangis !
Sebab senja segera rimis !
Adakah yang lebih sendiri dari susut akasia musim semi ?
Adakah yang lebih pilu dari keretak jarum-jarum waktu ?
Andai kau tau rembulan di hati
selalu menasbihkan namaMu
di setiap waktu
Rajab 34
kembali pada sepi
pada gema yang pudar digubah puisi
pada purnama yang tegak sendiri
Dan malampun menggelap
menunai tugas menyaput mimpi
untukmu yang berharap esok segera berganti
untukku yang tak bisa berpaling dari elegi
Dan kembali pada engkau
yang masih memaku di situ
yang masih membisu di situ
seperti tugu pertigaan tempat biasa kau menunggu
membiarkan lalu lalang bagai desau angin menggugurkan flamboyan
Tak perlu bersedih, apalagi menangis !
Sebab senja segera rimis !
Adakah yang lebih sendiri dari susut akasia musim semi ?
Adakah yang lebih pilu dari keretak jarum-jarum waktu ?
Andai kau tau rembulan di hati
selalu menasbihkan namaMu
di setiap waktu
Rajab 34
Comments
Post a Comment