Loncatan

“Assalamualaikum .. Dengan Ibu Dyah?” suara seseorang di kejauhan.

“Waalaikum salam wr wb. Dalem*, Pak..” (*saya, Pak..)

“Ini dari pondok, Bu. Bergabung di sini ya..”

“Alhamdulillah..”

Berseru saya tanpa bisa mengucapkan apa-apa lagi. Sungguh, itu berita paling melegakan yang bisa saya dengar belakangan ini. Setelah serangkaian tes panjang, ketegangan penantian, dan deraian air mata sehari sebelum diumumkan. Akhirnya Tuhan menjawab doa selama ini. Ya. Sepulang dari Brisbane akhir tahun 2011 lalu, saya memang berharap untuk dapat kembali bekerja, mengekspresikan ilmu dan jiwa saya. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan finansial, tapi lebih dari itu, sebagai jalan penyaluran energi dan ekspresi. 

Bersyukur, Tuhan menunjukkan jalannya. Di sebuah koran saya membaca informasi. Pekerjaan yang memang saya cintai sejak dulu. Menjadi Guru Fisika SMP dan SMA. Haha.. sederhana, bukan? Tapi menjadi tidak sederhana ketika kita berada pada kondisi yang tidak tepat, kalau boleh dikatakan, terlambat. 

Jika diingat-ingat, tiga tahun sudah meninggalkan buku-buku ilmiah. Sibuk menenggelamkan diri dalam kegiatan sehari-hari. Buku yang dibacapun buku-buku bertema sastra, agama, dan filsafat. Hal yang sama sekali berbeda dengan keilmuan saya.  Hampir-hampir saya bertransformasi, menjadi pujanggawati, atau penulis kisah-kisah sejati. Tapi, hati nurani memang tak bisa dipungkiri. Membuka kembali Ilmu Fisika, seperti bertemu seorang sahabat yang lama tak jumpa. Sangat akrap. :D

Ok, anggap saja ini babak baru. Dan memang akan sangat baru.Tidak tanggung-tanggung perbedaan kondisi  yang akan saya masuki. Bukan di sekolah umum. Tapi di sebuah Pondok Pesantren Modern. Saya yang seumur-umur belum pernah memasuki Pesantren, sekarang menjadi bagian darinya, menjadi guru pula. Semoga ini  jalan yang bisa membuat saya menjadi lebih dekat padaNya. Amin..

Masih ingat wawancara dengan Kepala Sekolahnya. “Maaf Ibu.. karena ini pesantren, jika Ibu diterima nanti, saya harap bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan di sini.”

Saya sudah menduga. Ini pasti soal penampilan saya. Melihat mereka dengan jubbah-jubbah panjang nan anggun, saya jadi melirik penampilan sendiri.  Atribut khas, pegawai kantoran. Celana panjang hitam, hem hitam ditambah blazer coklat muda, kerudung hitam yang saya masukkan dalam blazer, dipadu scraff coklat tua yang meliliti leher saya. Haha..nggak banget deh! 
Tapi saya bersyukur, jika ini memang jalanNya, ikhlas, saya akan memperbaiki penampilan saya.

Malam itu saya jadi membuka lebar almari pakaian saya. Memilah-milah. Astaga.. ternyata memang tak ada baju panjang sama sekali. Jeans, jeans, jeans,… dan jeans. Sadar, sepertinya memang perlu renovasi isi almari besar-besaran.:D  *susun jadwal belanja baju panjang*

Sekian cerita hari ini. When your mind says give up, hope whispers one more try. 
See you.. ^^..

Comments

Popular Posts